Keren

Keren. Ke-ren.
[a] (1) tampak gagah dan tangkas; (2) galak; garang; lekas marah; (3) lekas berlari cepat (tt kuda); (4) perlente (berpakaian bagus, berdandan rapi, dsb)

KamusBahasaIndonesia.org

Maafin ketidak pedean gue dalam melakukan hal apapun. Setelah posting ini, ada temen yang komentar “Anjrit! Keren! Dan loe bilang loe gak keren?”. Damn no! Gue gak ngerasa keren sama sekali, gue ngerasa postingan itu justru belibet dan gak gampang dibaca orang kecuali gue sendiri.

Melanjutkan komentar tersebut. Menurut gue label “keren” itu kayak “brand image”. Sebuah brand boleh banget berusaha bikin sebuah standard, bagaimana brand mereka (akan) tampak keren di depan konsumen. Tetep aja ujung-ujungnya brand image itu lahir dari persepsi atau apa yang diterima pihak konsumen, yang seringkali meleset dari perencanaan awal brand tersebut.

Nah sama halnya kayak label “keren”. Coba sekarang lo ngaca dan bilang “Ih gue keren banget ya”. Gue jamin, pasti muncul rasa geli sama diri sendiri. Bahkan jijik. Kadang diikuti dengen ekspresi “eeeyuuuuuhhh”.

Cek ke dokter kalo gak ngerasa geli sama sekali 😀

Mudah-mudahan setuju kalo gue simpulkan sebagai berikut: Gak usah maksain jadi keren, ikhlasin aja, kalo orang nganggep lo keren, ya itu baru keren.

Podcast #BiarAkrab is back!

So I restarted my podcast.

Di saat pandemi begini, gue mulai belajar lagi yang namanya konsistensi dalam berkonten itu penting. Setelah menjalani YouTube #BicaraBikeBike selama 15 episode, podcast #BiarAkrab ikut gue ikrarkan seminggu sekali.

Biar Akrab adalah medium untuk learn/unlearn things, dari orang-orang sekitar gue, dan tentunya pengalaman gue.

Hope you enjoy my shares and rants.

Also available at:
Apple Podcast and Google Podcast

Terima kasih supportnya!

Halo semuanya, Andirdor di mari. Terima kasih buat teman-teman yang sudah subscribe di YouTube dan udah ngikutin series #BicaraBikeBike.

Jadi ada satu rahasia kenapa sekarang gue bisa lebih konsisten dalam membuat konten, yak betul, sejak mulainya Series Bicara Bike Bike ada satu tim orang hebat yang ngebantu gue dalam produksi konten. Jadi gue bisa lebih fokus ide dan ngumpulin nara sumbernya. Sementara Production dan postpro dibantuin sama tim management.

Terima kasih lagi yang sudah subscribe, like, comment dan lainnya. Ada yang nanya, gimana caranya bisa support lebih lanjut, gue sekarang ikutan di platform saweria, di mana siapapun bisa nyawer. Berapapun asal ikhlas gue terima, karena ini buat rame-rame juga. Kalo bisa gue shoutout sekalian. Any support, thank you. Tap aja gambarnya.

Saweria.co/andiraa

Bicara Bike Bike: The YouTube Series

Sudah terlalu lama gue kepingin aktif lagi di dunia perkontenan YouTube. Terakhir kali aktif upload adalah di tahun 2016 ketika gue sekeluarga tinggal di Seoul selama sebulan penuh.

Dari awal gue bikin konten di YouTube ada satu tema yang kepingin banget gue angkat tapi belum pernah kesampaian, yaitu ngomongin salah satu passion gue, Sepeda.

Belakangan ini sepeda lagi booming lagi. Terakhir kali booming adalah di tahun 2010 dengan seli dan fixed gear. Kali ini jauh lebih besar lagi.

Kali ini gue ingin mengangkat tema sepeda ke dalam YouTube, dengan sebuah series berjudul Bicara Bike Bike.

Bicara Bike Bike adalah series tentang sepeda. Tapi bukan tentang sepedanya, lebih ke pesepeda dan sepeda’annya.

Sebisa mungkin menghindari obrolan tentang harga sepeda, tapi lebih mengulik cerita tentang seseorang di dunia sepeda, dengan sepedanya.

Tonton episode 00 nya di bawah ini. Jangan lupa subscribe yaw!

Back At Work!

Sudah cukup lama tidak post di blog ini. Kenapa? Ya  jujur aja, kepingin ditutup sayang, kepingin diisi, suka bingung. Tapi kebanyakan karena 3 bulan ini lagi ngerjain sesuatu yang baru.

Iya. Andira kembali bekerja kantoran. Terakhir kali kerja kantoran bisa dibilang 10 tahun lebih yang lalu. Kerja jadi penyiar tidak dihitung ya, ini kerjaan “9 to 5”, bukan band, tapi dari jam 9 sampe jam 5…well jam 6 sih tepatnya.

Kok gak siaran lagi ndor? Sebenernya sih masih suka kangen, tapi kali ini saya ingin menyelami profesi sebagai desain grafis. Rolenya? Creative Director. Nama tempat kerjanya? UnionSPACE. Sebuah co-working space. Nanti lain kali saya cerita lebih banyak soal pekerjaan ini. YouTube gimana? Sama nasibnya. Udah lama nggak bikin konten. Tapi sabar aja, saya masih tetep bikin konten buat kantor ini, juga bikin workshop sama Shani Budi dan Ario Pratomo. Berbagi ilmu tentang content creating.

Nah, ini adalah salah satu yang saya kerjain (ini juga karena di kantor belum um ada motion graphic artist). What do you think?

All About Nusa V

Mari bicara tentang sebuah passionate project. Shani Budi, sahabat gue dalam produksi konten, punya passion yaitu komik. Dia adalah “ayah” dari Nusantaranger, sebuah komik lokal yang mengangkat budaya Indonesia, yang di-crossover dengan Super Sentai (inget Goggle V atau Power Ranger? Nah semacam itu). 

Karena satu dan lain hal, Nusantaranger harus disudahi. 

Take one step back, to move forward

Kurang lebih begitu yang dia harus lakukan untuk sesuatu yang baru dan untuk maju, yaitu Nusa V. Seperti apa cerita lengkapnya? Ada di podcast episode ini.

She turns 10

This baby girl turns 10!

Udah bisa protes kalo masih ada yang mispronounce namanya. Isla tulisannya, Ayla dibaca ya, gitu jelasnya.

Someday when you find this post, just remember that we, Ibu dan Abi, always try our best to be there for you. We love you kiddo. Forever and a day.

Happiest 10th birthday. Be stronger, be wiser, be smarter, stay goofy yet classy.

Maafin kami yang suka ngomel, itu karena kami sayang sama kamu. (You probably heard this a lot already).

[Update] podcast about Isla https://anchor.fm/andiraa/episodes/abe7d0

Sebuah Penyesalan?

Kena tulah nih gue. Siapa sih yang nggak tau mantra “Mending nyesel beli, daripada nyesel nggak beli”? Itu adalah mantra yang sering digunakan ketika kita berhadapan langsung dengan sebuak benda yang membuat lo berpikir lama “beli? Jangan? Beli? Jangan?”. Ketika kepala kita dipenuhi banyak justifikasi yang membenarkan keadaan dan mendorong kita untuk membeli barang tersebut. Kalo beli, takut nyesel gak kepake. Tapi kalo nggak beli, takut nyesel melewatkan kesempatan.

Mending nyesel beli, dari pada nyesel nggak beli

Sebagai contoh, mungkin yang doyan sama sneakers tau betul situasi berikut ini. Kita lagi jalan-jalan ke luar negeri. Padahal waktu berangkat dari Jakarta, kita nggak berniat untuk beli sepatu. Tiba-tiba, jreng, dengan misteriusnya kita berada di dalam took sepatu. Kemudian tangan ini mulai mengambil sepasang sepatu yang baru rilis, kemudian meminta size kita untuk dicoba, kemudian di foto. “Bagus juga ya, eh tapi kan gue gak nyari sepatu. Tapi di Jakarta ini nggak ada”. Nggak lama kemudian, keluar toko bawa kantongan.

Yes. Mending nyesel beli, dari pada nyesel nggak beli. Karena kalo beli, terus gak kepake, at least bisa dijual lagi. Siapa yang pernah beli sepatu dengan justifikasi seperti itu? Angkat tangannya. Apa jadinya misalnya kita memutuskan untuk nggak beli, dan langsung pulang.

Tau gitu kemaren gue beli ya. Nyesel gue.

Amit-amit jangan sampe. Namanya juga penyesalan, datengnya belakangan. Kayak yang kejadian sama gue baru-baru ini. Inget waktu kemaren gue hands on HP Ultrabook Spectre X 360? Nah, beberapa minggu kemudian, gue masih kepikiran tuh segala macem kecanggihannya. Ditambah lagi justifikasi bahwa gue lagi perlu banget yang namanya laptop yang mumpuni buat ngedit dalam keadaan mobile, spec canggih tapi bentuknya gak malu-maluin. Operating System? Gue udah gak terlalu masalah switching back and forth ke windows. Karena Microsoft Windows 10 sekarang, sudah jauh lebih intuitive dan user interfacenya juga jauh membaik. Semua aplikasi keseharian yang gue perluin seperti Microsoft Office dan Adobe berjalan tanpa masalah.

Lucunya ketika kita sudah membulatkan keputusan untuk membeli sesuatu, apalagi yang harganya tidak tergolong murah, pasti ada saja alasan yang menahan kita untuk tidak melakukan pembelian. Namun, kalo dipikir lagi, ada satu hal terakhir yang bisa “menenangkan” kita dalam mengambil keputusan. “Seal of approval” atau bahasa marketingnya “jaminan mutu”.

Tunggu sebentar. Apa sih yang kita cari dari sebuah laptop?

Fungsinya? Desainnya? Fiturnya? Harganya? Sudah pasti gabungan dari itu semua. Tetapi ketika ditambah satu faktor lagi, yaitu merk yang sudah familiar dan punya sejarah panjang, maka keraguan semakin tipis, iya? Tidak? Hampir yakin nih gue untuk menghadiahi diri sendiri sebuah laptop yang kece. Ya minimal kayak HP Ultrabook Spectre X 360 lah. Amin.

Buat kerja kok, ya main juga lah. Apapun alasannya. Coba gue pasang dulu gambarnya di bawah. Ada bocoran harganya, biar setiap kali gue baca postingan blog yang satu ini, gue tau harus menyisihkan uang berapa. Ya Tuhan, cairkan lah invoice kami, tepat pada waktunya.